Jumat, 16 September 2011

Naskah Drama

Naskah ini aku buat untuk pementasan PORSENI di sekolah, karena waktunya mepet dan orang-orang ingin mementaskannya belum pernah sekalipun latihan jadi drama ini tidak sempat di pentaskan. Jadi, dari pada naskahnya tinggal begitu saja dalam komputer lebih baik aku masukkan saja ke blog ku siapa tau bisa lebih bermanfaat buat teman-teman.. Yah,, yang terakhir maaf kalau kurang rapi.. T_T


ELF

Ada seorang gadis buta yang hidup seorang diri, orang tuanya telah meninggal sejak 15 tahun yang lalu akibat kecelakaan mobil. Kini gadis itu Tinggal bersama dengan tantenya. Karena tantenya adalah wanita karir, sehingga ia tinggal sendirian dalam rumah yang cukup besar. Walau pun buta, gadis itu sudah terbiasa hi/
dup mandiri dan mengurus kebutuhannya sendiri.
Suatu hari, karena merasa bosan karena kesepian dan tidak memiliki teman gadis itu memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumahnya. Tapi, baru melangkah beberapa langkah dari pagar rumahnya..
FARIZ         : AWASSSS!!
ELF             : (terkena bola dan jatuh)
FARIZ         : (berlari mendekatin Elf) “Kau tak apa-apa?” (membantu Elf berdiri)
Elf               : “Ya. Tak apa-apa” (menggosok tangannya yang luka) “Terima kasih” (berdiri membelakangi Fariz )
FARIZ         : “Kenapa anak ini membelakangiku”  (berjalan ke depan Elf, mengamatinnya) “apa jangan-jangan” (melambaikan tangannya di depan muka Elf) “Hey.. Kau.. kau buta ya??”.
ELF             : “Ia, kenapa?” (sinis)
FARIZ         : “pantas saja kau tak menghindar tadi, ” (mengambil bolanya) “mengapa kau berjalan sendirian? Itu kan bahaya sekali, apalagi kau tak bisa melihat”
ELF              : “Hmmm, aku bosan di rumah teruss”                               
FARIZ         : “kau tak punya teman ya?”
ELF             : “Begitulah”
FARIZ         : “kasihan sekali anak ini”. “Emmm, kalau begitu ayo ikut aku”
ELF             : “ke mana?”
FARIZ         : “kita ke lapangan sana. Di sana ada banyak anak seumuruan kita, aku akan memperkenalkanmu kepada teman ku. Kau akan mempunyai banyak teman di sana.”
ELF             : “Ya.. baiklah” (agak ragu)
          Mereka pun berjalan menuju lapangan..
FARIZ         : “Oh ya.. kau suka sepak bola?”
ELF             : “aku tak pernah menonton sepak bola. Kau ingat aku buta” (dengan nada sinis)
FARIZ         : “Oh ya.. Maaf”
ELF             : “tak apa-apa.. Btw, kau belum menyebutkan nama mu.. Aku Elf”
FARIZ         : “Elf ya nama yang lucu.. Aku Fariz”


               Di Lapangan..
FIKRI         : “Hoyy.. Fariz.. Di sini”
FARIZ         : “Hy.. Maaf terlambat”
FIKRI         : “Dasar..” (Melihat Elf) “Fariz siapa gadis itu?” (berbisik”)
FARIZ         : “Dia orang yang membuatku terlambat tahu.. ”
ELF             : “Ehmmm..”
FARIZ         : “Oh ya.. Fikri ini Elf. Elf ini Fikri”
FIKRI          : “Hy.. Aku Fikri” (mengangkat tangan)
FARIZ         : (Mengangkat tangan Elf)
ELF             : “Elf . Senang bertemu dengan mu”.
FARIZ         : “Dia buta tau” (Berbisik)
FIKR           : “What??”
FARIZ         : “Ceritanya panjang. Aku..”
TIAN           : “Fariz, Fikr .. hy..”
FIKRI & FARIZ: “Hy Tian”
FIKRI           : “Tian, mana Wiwik?”
TIAN            : (Bengong) “Fikri, Fariz Siapa dia??”
FARIZ         : “Oh, ya Tian. Ini Elf, Elf ini teman ku yang lain Tian”
TIAN          : (Ceria) “Hy Elf. Anak baru ya di sini.. kok aku nggk pernah melihatmu?”
ELF                       : “Nggk udah lama, Cuma aku baru ke sini”
TIAN                    : “Oh.. kenapa??”
ELF                       : “Soalnya aku…”
FARIZ         : “Dia nggk bisa melihat. Eh, ayo main Fikri. Elf, kamu tinggal di sini ya, ngobrol aja ma Tian dia baik kok. Nantin aku antar kamu pulang deh..”
ELF             : “Ia, makasih ya Fariz ”
FARIZ         : (Smile) “Ya”
TIAN          : “Elf, kita duduk di sana yuk!!” (menarik Elf)
ELF             : “Ya”
WIWIK       : “Hy, Tian siapa dia?” (Melirik Elf)
TIAN          : “Wi, Dia Elf teman baru kita”
WIWIK       : “Oh..”                                

         Sejak saat itu, Elf mempunyai banyak teman yang sangat baik padanya, dia bukan lagi gadis buta yang kesepian, tapi dia adalah gadis buta yang mempunyai banyak teman yang selalu menghibur dan tak pernah mempersoalkan kekurangan Elf.

* * *
Di antara semua teman-teman Elf yang lain, Fariz yang selalu ada untuk Elf saat ia senang apa lagi duka. Ia mengajarkan segala sesuatu yang ingin di ketahui oleh Elf, mulai dari segala sesuatu yang ada di sekitar mereka sampai denagn hal-hal yang jarang di temui Elf. Hampir setiap hari Fariz datang ke rumah Elf untuk menemuinya. Mungkin karena Fariz-lah yang pertama kali bertemu dengan Elf dan menjadi teman pertamanya dan seiring berjalannya waktu hubungan mereka berdua semakin akrab.
ELF             : “Dari ceritamu ku yakin pekarangan rumah bibi ku ini sangat bagus ya?”
FARIZ         : “Begitulah”
ELF             : “…” (mendesah)
FARIZ         : “Kenapa?”
ELF             : “Aku ingin sekali melihat.. aku ingin melihat rumah ini, melihat bunga-bunga yang selalu kau ceritakan padaku, melihat bibi ku, teman-teman ku, dan melihat mu..”
FARIZ         : “Hmm, kau bisa melihat melalui ku Elf”
ELF             : “Apa maksud mu?”
FARIZ         : “Kau bisa membayangkan apa yang ku ceritakan, dengan begitu kau bisa tahu semuanya dan kau bisa melihat semuanya dalam kepalamu”
ELF             : “Yah.. Kau benar, tapi aku benar-benar ingin melihat..”
FARIZ         : “Kalau begitu, kita bisa mencari mata untukmu”
ELF             : “Maksudmu?”
FARIZ         : “Kita cari orang yang ingin mendonorkan matanya untukmu”
ELF             : “Tapi akan kah ada orang yang mau?”
FARIZ         : “Emm, kita lihat saja nanti. Pasti ada Elf. Kau akan melihat. Aku akan mencari orang yang mau mendonorkan matanya. Aku janji kau akan melihat”
ELF             : “Ya. Terima kasih”
FARIZ         : “Nggg, ngomong-ngomong kalau nanti kau sudah bisa melihat apa yang ingin kau lihat pertama kali?”
ELF             : “Emm, entahlah.. Mungkin bibi ku, lalu kau dan teman-teman”
FARIZ         : “Oh..”.. “Elf?”
ELF             : “Ya..”
FARIZ         : “Low udah melihat nanti mau nggk kamu.. emm.. ehh.. nggg..” (gugup)
ELF             : “Mau apa?” (penasaran)
FARIZ         : “Nggk, nanti aja deh.. Hehe..”
ELF             : “Fuh.. Dasar”

* * *
Kemudian..
FARIZ         : “Emmm, Elf. Minggu nanti datang ya ke lapangan, hari minggu itu klub kompleks kita bertanding dengan klub kompleks sebelah”
ELF             : “Untuk apa?, toh aku juga nggk bisa lihat kalian tendang bola” (pesimis)
TIAN          : “Jangan gitu donk El, walau pun nggk bisa lihat mereka , kamu bisa datang nyemangatin mereka kok”
FIKRI                   : “Benar kata Tian El. Kita kan jadi semangat low kamu ada. Hehe.”
ELF             : “Em, kalau gitu ia deh..”
WIWIK       : “Elf, minggu nanti biar aku yang jemput ya..”
ELF             : “Ya, makasih”

* * *
Elf yang telah memutuskan untuk pergi ke lapangan untuk menyemangati teman-temannya di jemput oleh Wiwik, dan mereka pun berjalan ke lapangan yang memang tidak jauh dari rumah Elf.
ELF             : “Wik, kau baik sekali ingin menjemputku”
WIWIK       : “Yeah, kebetulan hari ini aku mau jalan”
ELF             : “Kalau begitu terima kasih ya”
WIWIK       : “Ya, sama-sama”
         Di gerbang lapangan mereka telah di tunggu oleh Tian, Fikri, dan Fariz.
TIAN          : Elf, kita duduk di sini saja yuk. (menarik tangan Elf ke tempat duduk di pinggir lapangan di ikuti dengan Wiwik, Fikri, dan Fariz)
FIKRI         : “Ok, ini waktunya. Doakan kami menang ya…..”
         Setelah 2 babak pertandingan akhirnya pertandingan di menangkan oleh tim Fariz..
TIAN          : “Yeaahhhh, tim kompleks kita menang El.”
ELF             : “Ah, syukurlah”
WIWIK      : “Itu mereka datang” (sambil menunjuk Fariz cs)
TIAN          : “Selamat ya kalian menang”
FIKRI         : “Yah, begitulah, kami..”
WIANK      : “Hey, Kalian!!”
ELF             : “Siapa itu? Aku tak pernah mendengar suaranya sebelum ini”
FARIZ         : “Itu WIANK, kapten klub sepak bola kompleks sebelah”
WIWIK       : “Ada perlu apa dia ke mari”
WIANK      : “Selamat ya atas kemenangannya, lain kali kita tanding lagi”. “Oh ya.. aku WIANK” (mengangkat tangan untuk jabat tangan kepada Wiwik yang memandang aneh ke arah WIANK)
WIWIK       : “Oh, aku Wiwik” (menjabat tangan WIANK)
TIAN          : “Tian” (menjabat tangan WIANK)
ELF             : “aku Elf”
WIANK      : “Elf? Wah, namamu cantik. Secantik orangnya. Hehe.” “mengapa kau tak menjabat tangan ku?”
ELF             : “Aku.. aku tak bisa melihat”
WIANK      : (Syok ) “Maaf, aku tak tahu”
ELF             : “Tak apa-apa”
FARIZ         : “Baiklah, kita pulang yuk”
FIKRI         : “Ayo, aku sudah lelah sekali. Bye Rez, kita pulang dulu”
WIWIK       : “Bye”
All               : (jalan)
WIANK       : “oh ya.. Bye”
         Tapi, baru beberapa langkah terdengar suara WIANK lagi.
WIANK       : “Hey, tunggu!!” (lari mendekati Elf dkk). “Elf, di mana rumah mu?”
ELF             : “Emm, 2 blok dari sini. Rumah warna hijau”
WIANK       : “Oh, kok kamu bisa tahu warna rumahmu?”
ELF             : “Hehe..  Fariz yang bilang”
WIANK       : “Oh, low gitu kapan-kapan aku ke sana ya”
ELF             : “Ya”
FARIZ         : “Sudah. Ayo kita pulang” (Menarik Elf)
WIANK      : “Bye Elf”
ELF             : “Bye”
(Setelah agak menjauh dari WIANK)
ELF             : “Fariz, WIANK itu baik ya..” (suara pelan)
FARIZ         : “Emm, entahlah. Ku juga baru kenal dia 2 minggu lalu”
ELF             : “Oh.. gitu ya.”
FARIZ         : “Yup, memang kenapa?”
ELF             : “Nggk”.. “Sebenarnya sih, sejak dengar suaranya aku suka.. Tapi, apa dia juga akan suka ma ku dengan keadaan ku yang seperti ini? ” (berkata dalam hati)
FARIZ         : (Melihat Elf)

* * *
Sejak pertandingan itu, Elf semakin jarang keluar dari rumahnya, walau pun di bujuk oleh Fariz untuk ikut ke lapangan untuk bertemu dengan yang lainnya ia memilih untuk tinggal di rumahnya. Sampai suatu ketika saat Fariz datang ke rumanhya ia melihat Elf bersama dengan WIANK di depan rumahnya. Elf tampak gembira sekali.
FARIZ         : “Ah, ternyata karena dia kau tak pernah mau datang Elf” (Berkata dalam hati dan mimik yang sedih) “Kau kelihatan gembira sekali saat bersamanya. Aku gembira kalau kau juga gembira

* * *
Dua hari setelah itu.. Kegembiraan muncul
WIWIK       : “ELFFF..”
ELF             : “Ada apa?”
TIAN          : (Memeluk Elf) “Elf, sebentar lagi kau akan bisa melihat Elf. hahaha”
ELF             : “APA?”
WIWIK       : “Ia, Elf. Ada orang yang mau mendonorkan kornea matanya buat kamu”
ELF             : “A.. Are you really guys?”
TIAN          : “Betul El, kita nggk bercanda”
ELF             : “Siapa orang itu?”
WIWIK       : “Itulah, Elf. Kami juga tak tahu. Identitas orang itu di sembunyikan”
TIAN          : “Nggk usah di pikirkan Elf, yang penting kan kanu udah dapat mata. Bentar lagi kamu bisa melihat”
WIWIK       : “Yah.. Tian benar El”
Fariz dan Fikri datang wajah Fikri sangat sedih dan Fariz tetap seperti biasa.
TIAN          : “Fariz, Fikri ada berita bagus!!”
FARIZ         : “Oh ya? Apa?”
TIAN          : “Ada orang yang mendonorkan matanya untuk Elf. Bentar lagi Elf bisa melihat”
FARIZ         : “Wah, yang benar??”
TIAN          : “Benar. Ini suratnya” (menyodorkan surat)
FARIZ         : “Wah, selamat ya Elf” (Pats Elf’s head)
WIWIK       : “Fik, kok murung gitu dengar kabar gembira gini?”
FIKRI          : “Ah, nggk. Slamat ya Elf”
TIAN          : (Menatap aneh Fikri)
FARIZ         : “Kucing kesayangan Fikri baru aja mati gara-gara ke tabrak motor tadi pagi, jadi dia kayak gini deh”
FIKRI          : (Menatap sedih Fariz)
WIWIK       : “Oh, gitu..”
ELF             : “Yuk masuk. Kita rayakan kabar gembira ini”
All               : “Yuk..”                
WIANK       : (Datang)
* * *

Seminggu kemudian, operasi pencangkokkan mata Elf telah selesai dan waktunya perban mata Elf di buka. Semua teman-teman Elf datang untuk melihat moment yang sangat menggembirakan ini.
DOKTER      : “Ya.. buka mata pelan pelan Elf”
ELF             : (Buka mata)
DOKTER    : “Kedip-kedip kan pelan”
ELF             : (turuti kata dokter)
DOKTER    : “Apa yang Elf lihat?” (melambaikan tangan depan mata Elf)
ELF             : “Sesuatu yang bergerak-gerak dokter”
DOKTER    : “Yah, sebentar lagi matanya akan fokus dan dia akan melihat. Selamat Elf”
TIAN          : (Duduk di depan Elf) “Elf, bisa lihat aku nggk?”
ELF             : “Ya”. (Nangis) “Ya aku bisa. Ini Tian kan?” (pegang wajah Tian, mengalihkan pandangan)
WIWIK       : “Hai, Elf”
ELF             : “Wiwik” (berjalan menuju Wiwik) “Ini pasti tante kan” (memeluk tantenya)
TANTE        : “Ia Elf”
FIKRI          : “Elf”
ELF             : “Dan kau Fikri”
WIANK       : (Muncul dari belakang) “Hai Elf”
ELF             : (Berbalik) “WIANK”
WIANK      : “Yup, betul”
ELF             : (Celingak-celinguk) “Mana Fariz? Aku ingin melihatnya”
FIKRI          : “Emm, itu.. Dia lagi keluar kota. Ada yang harus dia kerjakan di sana”
ELF             : (Murung)
FIKRI          : “Tapi sebelum kamu operasi dia datang kok”, “Ia kan Tian, Wik?”
TIAN & WIWIK: “Ia”
ELF             : “Kapan dia kembali?”
FIKRI          : “Entahlah. Dia tidak bilang apa-apa”
TANTE        : “Sudah, nggk usah sedih. Nanti juga Fariz kembali. Ayo jangan murung. Kan teman-temanmu jadi ikut sedi juga.”
WIANK       : “Ia, betul Elf, Ayo kita rayakan saja”
ELF             : “Baiklah”

Hari itu adalah hari yang paling membahagiakan bagi Elf. Akhirnya, setelah sekian lama terkurung dalam kegelapan ia dapat melihat. Tapi ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Ke mana Fariz di saat Elf sedang bahagia seperti ini?

* * *

Seminggu telah berlalu sejak Elf dapat melihat fariz tak kunjung muncul menemuinya dan hanya menghubunginya lewat telpon, beberapa kali Elf meminta agar Fariz menemuinya tetapi Fariz selalu nenghindar dengan mengatakan bahwa ia sangat sibuk.
ELF              : (Melamun)
WIANK       : “Hey” (Menepuk bahu Elf)
ELF              : “Oh.. Kamu”
WIANK       : “Ya, knapa melamun?”
ELF              : “Nggg, lagi pikirin sesuatu”
WIANK       : “Fariz ya?”
ELF              : “Emm” (Mengangguk)
WIANK       : “Elf..”
ELF              : “Emm?”
WIANK       : “kw tau nggk, dari pertama ketemu aku tuh,, emm.. suka kamu”
ELF              : (Kaget) “…”
WIANK       : “Elf, Will you marry me?”
ELF              : “Emm, boleh aku pikir dulu?”
WIANK       : “Yup”
ELF              : (jalan agak ke depan sambil mondar mandir)“duh.. gimana ini, apa aku harus bilang ia atau tidak?  Emmm.. (Berbalik ke WIANK) “Ya. I will”. “walau sebenarnya aku menunggu dia mengatakan itu pada ku.. bukan kau
Tak lama setelah itu, mereka pun mengumumkan rencana pertunangan mereka kepada teman-teman yang lain.
FIKRI         : “WHATT??, Elf dan WIANK akan………”
TIAN          : “Ia, memang kenapa??”
FIKRI         : “Ini.. Ini tak boleh..” (Berlari mencari Elf)
WIWIK      : “Kenapa dia?”
TIAN          : “Entah..”
          Fikri mendatang rumah Elf dan dengan segera menemui Elf..
FIKRI         : “Elf..”
ELF            : “Fikri, ada apa?”
FIKRI         : “Ada sesuatu yang ingin ku beritahukan padamu”
ELF             : “Apa?”
FIKRI         : “Ini tentang Fariz” (mengajak Elf duduk) “Sebenarnya ia melarang ku memberitakukan ini pada mu, tapi karena aku tak tahan melihat sahabatku seperti ini dan kau berhak mengetahui sebenarnya”
ELF             : “Cepat ceritakan”
FIKRI          : “Sebenarnya, orang yang mendonorkan matanya untuk mu adalah Fariz Elf”
ELF             : “Ti, tidak.. Mengapa kau tak mencegahnya? Mengapa kau baru  memberi tahuku sebenarnya sekarang? Mengapa tak dari dulu, sebelum ini terjadi?” (Histeris)
FIKRI          : “ Aku tak bisa. Dia ingin membuat mu bahagia. Dia mencintaimu Elf, sejak awal, sejak kalian bertemu. Tapi, karena ia melihat mu sangat senang dekat dengan WIANK ia mengira kau menyukainya. Lalu, ia ingin melihatmu bahagia dengan WIANK sehingga ia memutuskan untuk memberimu matanya”
ELF             : “Di mana Fariz sekarang?” (menangis)
FIKRI          : “Itu, Dia.. nggg..”
ELF             : “Beritahu aku di mana dia Fikri”
FIKRI          : “Kau betul-betul ingin menemui Fariz Elf?”
ELF             : “Ya, antarkan aku”
Elf pun bergegas ketempat Fariz berada di antar oleh Fikri..
FIKRI          : “Mudah-mudahan waktunya cukup” (Cemas)
ELF             : “Apa maksudmu?”
FIKRI          : “Resiko memdonorkan mata kita kepada sesorang sangat besar Elf. Jika mata menolak kornea yang di berikan taruhannya adalah nyawa”
ELF             : “Jangan-jangan..” (melihat Fikri ngeri)
FIKRI          : (Mengangguk) “Ya, sejak mendonorkan kornea matanya, kesehatan Fariz terus menurun dan kemarin kondisinya makin parah”
Sesampai di tempat Fariz berada mereka melihat rumah itu terasa hawa kesedihan yang menyelimuti.
Memasuki rumah,
FIKRI                   : “Elf, kita terlambat”
ELF             : (syok melihat Fariz) “Tidak, kenapa ia begitu bodoh.. Fariz, ayo bangun bodoh” (terisak) “mengapa kau lakukan ini?? Kenapa??” (mengguncang badan Fariz)
FIKRI          : “Hentikan Elf, dia suda pergi. Ikhlaskan dia” (Merogoh sakunya) “Ini, Fariz menulis ini untukmu”
ELF             : (Membuka kertasnya)

Dear Elf,
Kalau kau membaca surat ini aku pasti sudah tak ada..
Dan Fikri pasti telah membertahu mu semunya..
Jadi, aku Cuma ingin berkata padamu gunakan baik-baik matamu, berbahagialah dengan WIANK dan hentikan tangismu, kau jelek kalau menangis tahu..
Emm, maaf membuat semua ini begitu rumit, aku hanya ingin membuatmu bahagia,
Senang sekali rasanya dapat bertemu denganmu, mungkin di kehidupan berikutnya kita bisa bertemu..

I love you Elf..

     Fariz


THE END

1 komentar:

  1. Slots Casinos Near Me - MapyRO
    › › 광양 출장샵 Casinos Near Me › › Casinos Near Me · Casinos Near Me · Golden Nugget 동해 출장안마 · The Catfather 원주 출장안마 · Star Casino · Jackpot City 통영 출장샵 Casino · Jackpot 속초 출장마사지 City Casino · Sky Bingo · Party Casino.

    BalasHapus